HEBOH DI GPdI FAJAR PENGHARAPAN RANOKETANG ATAS PELANTIKKAN GEMBALA BARU, PENGAMBILAN KEPUTUSAN MD-GPdI SULUT SUDAH SESUAI AD-ART GPdI
DILIPUT PERS : MAXIE TUAHONS, PORT ROPA
Ranoketang Atas, Minahasa Tenggara, Sulut, PANTEKOSTA POS—Baru-baru ini, Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Fajar Pengharapan berlokasi di Desa Ranoketang Atas, Kecamatan Touluaan, Minahasa Tenggara, Sulut, sebuah gereja yang viral di medsos, menjadi sorotan publik karena kontroversi yang terjadi dalam acara pelantikan gembala baru oleh Majelis Daerah-Gereja Pantekosta di Indonesia (MD-GPdI) Sulut. Beberapa pimpinan MD-GPdI Sulut, diantaranya Pendeta Jootje Luntungan, Pendeta Jams Tombeng, Pendeta Djayus Efraim Mamahit, dan Pendeta Argomiro Manimpurung, dan lainnya turut hadir dalam acara pelantikan gembala baru tersebut.
Kedatangan pimpinan MD-GPdI Sulut tersebut bertujuan untuk mengadakan ibadah pelantikan sekaligus pergantian gembala GPdI jemaat Ranoketang Atas dari Pendeta YA kepada Pendeta Yessy Kosegeran. Namun, upaya ini mendapat perlawanan dan penolakan dari sebagian jemaat GPdI Fajar Pengharapan Ranoketang Atas yang menguasai gedung GPdI yang masih digembalakan oleh Pendeta YA.
Meskipun demikian, pelantikan tetap dilaksanakan di depan pagar gereja GPdI Fajar Pengharapan Ranoketang yang diliputi dengan suasana kekacauan dan keributan. Surat Keputusan Pleno MD Sulut bernomor 373 tetap dibacakan oleh Pendeta Djayus Efraim Mamahit dihadapan jemaat yang terbagi antara yang menolak dan yang mendukung pergantian gembala.
Menurut Pendeta Jootje Luntungan, pergantian ini dilakukan sebagai respons terhadap pengaduan yang melibatkan Pendeta YA dalam kasus moral dengan salah satu wanita yang kepergok oleh seorang KOSTOR berbuat hal yang tidak senonoh didalam gereja. Oleh jemaat GPdI Fajar Pengharapan Ranoketang Atas langsung mengadukan atau melaporkan ke MD-GPdI Sulut yang diketuai oleh Pendeta Yvone Indria Awuy Lantu.
Pendeta Yvone Indria Awuy Lantu bersama jajarannya langsung memperosesnya dan setelah melalui beberapa pertimbangan dan diskusi melalui pleno, sepakat untuk mengganti Pendeta YA (Gembala) diganti oleh Pendeta Yessy Kosegeran sebagai gembala baru GPdI Fajar Pengharapan, sebagai upaya untuk penyelamatan pelayanan gereja. Dalam Keputusan MD-GPdI Sulut sanksi yang diambil MUTASI.
Namun, “keputusan MD-GPdI ini ditolak oleh Pendeta YA dengan melibatkan jemaat, yang kemudian menyebabkan kekisruhan dalam halaman gereja dan di luar gereja sehingga keluar caci makian kepada utusan MD-GPdI Sulut, dan terlihat diatas gedung gereja terdapat ada beberapa anak muda berniat mencabut papan nama merek GPdI seperti yang terlihat pada video yang viral sejagad raya. Pendeta Jootje Luntungan menyatakan bahwa situasi ini merupakan dampak dari ketidaksepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam masalah tersebut” Ungkap Pendeta Jootje Luntungan.
Kontroversi ini menunjukkan adanya perpecahan dan ketegangan di antara jemaat GPdI Fajar Pengharapan Ranoketang Atas, serta menyoroti pentingnya penanganan yang bijaksana dalam kasus-kasus yang melibatkan pimpinan gereja. Hal ini juga mengingatkan bahwa transparansi dan komunikasi yang baik diperlukan dalam mengatasi konflik internal dalam sebuah komunitas gereja.
Terkait pelantikkan Gembala baru GPdI Fajar Pengharapan, Ranoketang Atas, Pendeta Yessy Kosegeran membenaran kepada Pantekosta Pos, beliua mengatakan benar bahwa pelantikkan Gembala baru sudah dilakukan oleh utusan MD-GPdI Sulut di luar gereja atau di depan gedung gereja.
Sementara itu, Pendeta YA, mantan Gembala GPdI Fajar Pengharapan Ranoketang Atas dihubungi Pantekosta Pos melalui Whatshappnya di Nomor 0813-5602-6XXX untuk konfirmasi terkait masalah pelantikkan gembala baru dan mutasi sampai berita dipublis Telpon Whatshapnya bernada berdering tapi tidak angkat.