HIDUP TENANG SEBAGAI SEBUAH KEHORMATAN
Tangerang, Banten PANTEKOSTA POS
Sebuah Tulisan dalam bentuk jurnal kotbah dalam rangka memperingati PASKAH 2024, Penulis: Pendeta Samuel Charles Tumbel, Ketua MD-GPdI, Periode 2022-2027.
Hidup tenang merupakan sebuah konsep yang sering kali diinginkan oleh banyak orang, namun sulit untuk diwujudkan dalam realitas sehari-hari. Konsep hidup tenang dalam berbagai ajaran agama dan filosofi seringkali menjadi pusat perhatian manusia dalam pencarian arti dan makna hidup. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi gagasan tentang hidup tenang sebagai sebuah kehormatan, dengan merujuk pada beberapa ayat dan ajaran agama Kristen serta nilai-nilai universal tentang kebaikan, keadilan, dan kejujuran.
Hidup Tenang Menurut Ajaran Kristen
Salah satu ayat yang menjadi landasan dalam pemahaman tentang hidup tenang dalam ajaran Kristen adalah 1 Tesalonika 4:11-12. Ayat ini menekankan pentingnya hidup tenang, mengurus urusan sendiri, dan bekerja dengan tangan sendiri. Hal ini bukan hanya sebagai suatu tuntutan praktis, tetapi juga sebagai sebuah kehormatan. Hidup tenang memungkinkan seseorang untuk menjaga martabatnya, tidak bergantung pada orang lain, dan menjalani kehidupan yang sopan di hadapan orang lain.
Menjauhi Kedustaan dan Kebenaran
Dalam Keluaran 23:7, kita diajarkan untuk menjauhi kedustaan dan menegakkan kebenaran. Manusia dilarang untuk membunuh orang yang tidak bersalah atau tidak berbuat jahat. Pesan ini menggarisbawahi pentingnya menjaga integritas dan keadilan dalam interaksi dengan sesama manusia. Begitu juga dalam Yesaya 33:15, diingatkan agar hidup dalam kebenaran, berbicara dengan jujur, menolak keuntungan dari pemerasan, dan menolak suap. Ini menegaskan bahwa hidup tenang tidak hanya sekedar tentang ketenangan batin, tetapi juga tentang integritas moral dan etika yang kuat.
Menghindari Balas Dendam dan Pencelaan
Ajaran dalam Roma 12:17 mengingatkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, kita diwajibkan untuk melakukan apa yang baik bagi semua orang. Prinsip ini menekankan pentingnya menghindari sikap balas dendam dan mempraktikkan kebaikan kepada sesama manusia. Demikian pula, dalam 2 Korintus 6:3, Paulus menekankan pentingnya tidak memberi sebab kepada orang lain untuk tersandung. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kesantunan dan tanggung jawab sosial sebagai orang Kristen.
Memikirkan Yang Baik di Hadapan Tuhan dan Manusia
Ajaran dalam 2 Korintus 8:21 menyoroti pentingnya memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia. Hal ini menegaskan bahwa hidup tenang dan menjalani kehidupan yang benar tidak hanya menjadi tanggung jawab personal, tetapi juga merupakan tanggung jawab sosial yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Sikap ini mencerminkan sebuah komitmen untuk hidup dalam kejujuran dan integritas di hadapan Allah dan sesama manusia.
Pikiran Yang Terpuji
Dalam Filipi 4:8, kita diajarkan untuk memikirkan segala sesuatu yang benar, mulia, adil, suci, manis, dan patut dipuji. Prinsip ini mengajarkan pentingnya menjaga pikiran yang terpuji, yang akan membentuk karakter dan tindakan seseorang. Dengan menjaga pikiran yang baik, seseorang akan lebih mampu menjalani hidup dengan tenang dan penuh kehormatan.
Kesimpulan
Dalam hidup ini, menjalani hidup dengan tenang bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, dengan memahami ajaran-ajaran agama dan nilai-nilai universal tentang kebaikan, keadilan, dan kejujuran, kita dapat mencapai hidup yang tenang sebagai sebuah kehormatan. Dengan menghindari kedustaan, mempraktikkan kebenaran, menghindari balas dendam, dan memikirkan yang baik, kita dapat menjalani hidup yang bermakna di hadapan Allah dan sesama manusia. Semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus berusaha menjalani hidup dengan tenang dan penuh kehormatan.***