LEWAT PELAYANAN MUSIK, MENGHANTARKAN PENDETA DECKY DAN AGNES JADI GEMBALA GPdI DI JEPANG

0
IMG-20190913-WA0023

Pdt.Decky Paendong foto bersama dengan sebagian jemaat di Jepang

Pdt. Decky Paendong dan istri, Agnes Morita setia melayani Tuhan di Jepang

IBARAKY-JAPAN,  Pantekostapos.com,- Pendeta Decky Paendong dikenal publik sebagai rohaniawan Gereja Pantekosta di Indonesia, (GPdI) yang berasal dari Desa Kanonang, Manado, Sulawesi Utara. Kini hamba Tuhan berwajah tampan ini menetap di Mito, Ibaraky- Jepang. Decky menikah dengan Sang Istri (Keturunan Jepang) bernama, Agnes Morita dan sudah dikaruniai 4 orang anak, masing-masing bernama; Taro Paendong, Kenji Paendong, Takhesi Paendong, Tomoki Paendong.

Taro Paendong (Anak pertama)

Kiprah pasangan suami istri ini patut diteladani. Karena hidup mereka di negeri Sakura telah dipersembahkan kepada Tuhan,yakni menggembalakan jemaat GPdI yang ada di Kota Mito Ibaraky, Jepang.

Kenji Paendong (Anak Kedua)

Dulu, pasangan Hamba Tuhan ini, tidak pernah bermimpi menjadi seorang utusan Injil dan menyampaikan kabar baik sampai ke negeri Sakura Mito Ibaraky, Jepang. Berawal dari kesetiaan mereka kepada Tuhan yang setia melayani dari perkara yang kecil kemudian Tuhan mempercayakan hal-hal yang besar. “Awalnya, hanya karena senang dengan bermain musik di gereja yang dipercayakan oleh pimpinan gereja di GPdI Narwastu Mahakeret, Manado Sulut, hidup kami sekeluarga mengalami pembentukan karakter dan perubahan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Dengan bermodalkan keahlian di bidang musik, maka saya dan istri mempergunakan talenta itu dipakai untuk melayani Tuhan dan menjadi jemaat yang taat, setia, sekaligus membantu pelayanan di bidang Musik. Setelah sekian lama saya dan istri berjemaat sambil melayani di gereja di GPdI Narwastu Mahakeret, kami mengambil satu keputusan untuk tinggalkan Kota Manado dan pindah ke Mito Ibaraky, Jepang. Dengan tujuan hanya ingin mengubah nasib, kemudian bekerja dan menetap di Jepang. Karena memang istri saya berketurunan Jepang,” ujar Pdt Decky Paendong.

Takeshi Paendong (Anak ketiga)

Ternyata rencana Tuhan sangat indah bagi keluarga Pdt.Decky. Setelah sekian lama tinggal di Mito Ibaraky Jepang, Tuhan memberkati dan membuka jalan dengan mempercayakan Pendeta Decky Paendong bekerja di sebuah Perusahaan. “Sambil menikmati pekerjaan yang sudah Tuhan berikan, saya sebagai kepala keluarga selalu membangun mezbah doa dan ibadah dengan Tuhan di tempat tinggal kami. Dan mezbah doa tersebut kami lakukan dengan setia dan taat kepada Tuhan. Sampai pada suatu hari kami sekeluarga diperkenalkan oleh seseorang untuk beribadah di gereja orang Jepang.Ketika itu luapan rasa sukacita yang datang dari Tuhan memenuhi seluruh hidup kami atas sambutan dan penerimaan Gereja warga yang dipimpin Pdt. Murakami. Setelah sekian lama kami beribadah di Gereja Jepang tersebut dan oleh karena pada waktu itu kami orang Indonesia terhalang dengan bahasa, maka Pdt Murakami menunjuk saya Pdt Decky Paendong menjadi koordinator untuk memimpin kegiatan ibadah khusus orang-orang Indonesia dan Gereja Jepang jaminan untuk menaungi gereja orang Indonesia pada waktu itu Tahun 2002,” tutur Pdt. Decky.

Tomoki Paendong (Anak keempat)

Lanjut Pdt. Decky, seiring berjalannya waktu, dikarenakan salah paham terjadi di gereja orang Indonesia yang dipimpin dan tidak ada titik temu dalam perbedaan. Akhirnya Pdt Decky Paendong keluar dari gereja tersebut dan Pindah tempat tinggal di daerah Tochigi. “Tahun 2009 terjadi krisis ekonomi di Jepang, banyak perusahaan tutup dan karyawan di berhentikan, termasuk saya. Kemudian seperti ada suara berkata, kamu pergi ke daerah kota Oarai, tapi karena saya tahu daerah oarai ada banyak warga Indonesia khususnya Menado, dan kami sudah tahu keadaan orang Menado di Oarai, maka saya tidak ada kerinduan tinggal di kota tersebut. Tapi karena ada dorongan kuat maka akhirnya kami pindah ke Oarai. Waktu kami pindah ke Oarai, kami ingin supaya keluarga kami berkumpul. Karena kedua anak kami masih di Menado. Kami di karuniai 4 orang anak, jadi dua anak kami sudah di Jepang. Kemudian saya mengurus ijin tinggal untuk anak kami yang masih di Menado. Setelah kami ajukan ke imigrasi Tokyo, sudah begitu lama tidak ada jawaban. Hampir kecewa, tapi akhirnya saya membuat keputusan, dan saya berdoa kepada Tuhan dan bernazar, saya berdoa demikian. Kalau Tuhan ijinkan anak anak kami berkumpul di Jepang, dan Tuhan tolong campur tangan permohonan visa tinggal bagi anak kami, saya mau melayani Tuhan. Waktu saya berdoa bernasar di bulan Juli 2010. Akhirnya pada bulan Juli 2010 itu juga, hanya berselang satu minggu, Tuhan jawab doa saya. Bulan Juli itu juga, Pdt. A.H.Mandey selaku ketua MP GPdI datang menghadiri acara conference di Osaka Jepang, dan saya menghubungi beliau dan membuat perjanjian untuk bertemu. Maka terjadilah pertemuan di Bandara Narita. Sebelumnya saya sudah hubungi beliau lewat telpon mengenai persekutuan kami di Jepang. Dan setelah kami bertemu, ternyata Bpk Pdt. A.H. Mandey sudah menghubungi Presiden Foursquare Jepang untuk mengadakan pertemuan di Narita.

Pdt.Decky Paendong foto bersama dengan sebagian jemaat di Jepang

Setelah bercakap cakap tentang rencana membuka pelayanan GPdI di Jepang, maka terjadi kesepakatan untuk meresmikan GPdI di Jepang, maka diputuskan pada tgl. 9 September 2010 peresmian akan di lakukan. Waktu itu saya minta kepada Bpk Ketua MP untuk mendatangkan pendeta, tapi ternyata tidak mudah. Akhirnya Ketua MP GPdI Bpk. A.H. Mandey menunjuk saya mempercayakan melayani Tuhan. Awalnya saya menolak sebab tidak mudah untuk melayani Tuhan menjadi GEMBALA. Tapi karena saya sudah bernazar, maka saya menerima tugas itu, dan saya di lantik menjadi Pendeta penuh pada waktu Mubes di Menado sebagai GEMBALA orang Indonesia, dan saya juga di lantik menjadi pendeta penuh di Foursquare Tokyo Jepang. Puji Tuhan, memang tidak mudah untuk melayani Tuhan. Awalnya Istri saya tolak, tidak mau membantu melayani, tapi Tuhan tegur istri saya lewat kecelakaan. Dan kalau secara manusia kami sudah tidak ada, karena waktu istri saya mengendarai mobil, saya ketiduran. Istri saya juga mengantuk. Maka terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan kaki istri saya patah.Tapi dengan kemurahan Tuhan, walaupun banyak tantangan rintangan, pelayanan kami ada sampai sekarang ini. Kadang kami mengalami kelemahan dalam pelayanan, tapi Tuhan selalu menguatkan. Dan Puji Tuhan pelayanan kami pada tgl 9 September 2019 sudah genap 9 tahun pelayanan. Puji Tuhan sampai saat ini, jemaat terus bertambah dan mulai dewasa rohani. Sebab pelayanan kami bukan hanya orang GPdI , tetapi orang diluar GPdI yang sudah setia di dalam Tuhan,” pungkas Pdt.Decky Paendong penuh syukur. Chewat/SM

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *