PDT. HERRY LUMATAUW, “WARISAN IMAN YANG KEKAL SEBUAH PERJALANAN TELADAN HAMBA TUHAN”
DILIPUT WARTAWAN PANTEKOSTA POS: YW, DK, WP, MR, VR, CW
TANGERANG BANTEN, PANTEKOSTA POS 7 Januari 2025—Pdt Herry menyapa dengan nada penuh kasih, hadirin yang terkasih, keluarga besar Almarhum Pdt. Emil Frans Ohi, M.Th., para Hamba Tuhan, jemaat, dan seluruh pelayat yang hadir di tempat ini, kita berkumpul di hadapan Tuhan dalam suasana duka, tetapi juga dengan hati yang penuh syukur. Hari ini, kita melepaskan kepergian seorang Hamba Tuhan senior, Pdt. Emil Frans Ohi, M.Th., Gembala Sidang GPdI Ekklesia Gading Serpong, Tangerang, Banten, yang telah menyelesaikan pertandingan iman dan dipanggil pulang ke rumah Bapa di surga. Kita bersyukur atas kehidupan dan pelayanan Almarhum yang menjadi teladan bagi banyak orang. Kehadirannya sebagai seorang gembala, seorang ayah, seorang teman, dan seorang hamba Tuhan telah meninggalkan jejak iman yang tak terlupakan. Dalam kesempatan ini, Pdt. Dr. Herry Lumatauw, M.Th., Ketua MP-GPdI, Wakil Ketua MD-GPdI Banten, menyampaikan Firman Tuhan untuk menguatkan kita semua, khususnya keluarga yang ditinggalkan.
Firman Tuhan: 2 Timotius 1:5
Alkitab berkata: “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenek moyangmu Lois dan di dalam ibumu Eunike, dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” Ayat ini berbicara tentang perjalanan iman seorang Hamba Tuhan muda, Timotius. Rasul Paulus mengenang bagaimana iman tulus yang dimiliki Timotius adalah warisan rohani yang diturunkan dari neneknya Lois dan ibunya Eunike. Timotius adalah contoh nyata seorang pemuda yang dibentuk oleh keluarga yang takut akan Tuhan.
Hari ini, kita mengenang perjalanan hidup Almarhum Pdt. Emil Frans Ohi, yang seperti Timotius, telah membuktikan bahwa iman yang diwariskan dari generasi ke generasi dapat membawa dampak luar biasa dalam pelayanan.
Warisan Iman dari Generasi ke Generasi
Kita belajar dari 2 Timotius 1:5 bahwa iman yang tulus adalah warisan berharga. Lois dan Eunike menanamkan iman kepada Timotius sejak kecil, dan hal ini menjadi fondasi pelayanan Timotius yang kuat. Demikian pula, Almarhum Pdt. Emil Frans Ohi adalah teladan seorang Hamba Tuhan yang hidupnya menunjukkan bagaimana warisan iman dapat menginspirasi generasi berikutnya. Iman yang ia jalani bukan hanya miliknya sendiri tetapi diwariskan kepada keluarganya, gerejanya, dan jemaat yang ia layani. Kita diingatkan bahwa warisan paling berharga yang dapat kita berikan kepada anak-anak kita bukanlah harta duniawi, melainkan iman kepada Tuhan. Sebagai orang tua, nenek, atau pemimpin gereja, mari kita memastikan bahwa hidup kita mencerminkan iman yang dapat menjadi teladan bagi generasi selanjutnya.
Iman yang Tulus Membentuk Pemimpin yang Teguh
Iman yang dimiliki Timotius bukanlah iman yang dipaksakan atau hanya tradisi, tetapi iman yang tulus, yang muncul dari hubungan pribadi dengan Tuhan. Hal ini menguatkan Timotius dalam pelayanannya, meskipun ia masih muda.
Begitu pula dengan Pdt. Emil Frans Ohi, yang memulai pelayanannya dengan keyakinan teguh kepada Tuhan. Beliau adalah contoh pemimpin yang setia dan berintegritas, yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah pelayanannya. Dalam suka maupun duka, beliau menunjukkan keteladanan iman yang tidak goyah.
Hadirin yang terkasih, perjalanan iman seperti ini adalah panggilan kita semua. Dalam pelayanan, ada banyak tantangan, tetapi iman yang tulus akan memberi kita kekuatan untuk tetap teguh.
Teladan Hidup yang Berdampak Kekal
Salah satu pelajaran terbesar yang kita dapatkan dari kehidupan Pdt. Emil Frans Ohi adalah bagaimana ia hidup dengan tujuan yang kekal. Hidupnya mencerminkan kasih Tuhan, dan pelayanannya memberi dampak besar bagi banyak orang. Gedung gereja yang penuh sesak hari ini adalah bukti bagaimana Almarhum telah menyentuh begitu banyak kehidupan. Tidak hanya jemaat GPdI Ekklesia, tetapi juga para Hamba Tuhan dan jemaat dari berbagai tempat datang untuk memberikan penghormatan terakhir.
Sebagai Hamba Tuhan, kita diingatkan bahwa hidup kita adalah surat yang terbuka bagi banyak orang (2 Korintus 3:2-3). Kita dipanggil untuk menjadi teladan dalam iman, kasih, dan pelayanan, seperti yang telah ditunjukkan oleh Almarhum.
Pentingnya Kesetiaan dalam Pelayanan
Pdt. Emil Frans Ohi adalah contoh seorang hamba Tuhan yang setia hingga akhir. Kesetiaan adalah salah satu kualitas yang paling dihargai oleh Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 25:21, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia memikul tanggung jawab yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Kesetiaan Almarhum dalam memimpin GPdI Ekklesia, bahkan dalam menghadapi tantangan, adalah teladan bagi kita semua. Ia menunjukkan bahwa kesetiaan bukanlah tentang seberapa besar pelayanan yang kita lakukan, tetapi seberapa tulus hati kita melayani Tuhan.
“Meskipun kita merasa kehilangan, kita memiliki pengharapan bahwa Almarhum kini telah bersama Bapa di surga, menikmati upah kekal yang dijanjikan Tuhan. Kehidupan dan pelayanan Almarhum adalah sebuah inspirasi dan pengingat bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan dan meninggalkan warisan iman bagi generasi mendatang.” Ungkap Herry
Kepada keluarga besar Ohi-Weol, khususnya Ibu Gembala Pdt. Lusi Weol, kami berdoa kiranya penghiburan dari Tuhan menyertai Anda semua. Percayalah, iman yang diwariskan oleh Almarhum akan terus hidup melalui keluarga dan jemaat yang ditinggalkannya.
Mari kita semua mengambil pelajaran dari kehidupan Almarhum, bahwa kita dipanggil untuk menjalani hidup dengan iman yang tulus, melayani dengan setia, dan meninggalkan warisan rohani yang kekal.
Ibadah Pelepasan Jenazah Pdt. Emil Frans Ohi: Penghormatan dan Doa Terakhir
Acara Ibadah Pelepasan Jenazah Pdt. Emil Frans Ohi, M.Th, Gembala Sidang GPdI Ekklesia, Gading Serpong, Tangerang, berlangsung dengan penuh penghormatan dan kebersamaan pada Senin, 7 Januari 2025. Seluruh hamba Tuhan dari GPdI Banten dan DKI Jakarta hadir memberikan penghormatan terakhir. Dalam momen ini, terdapat persembahan pujian dari seluruh hamba Tuhan yang hadir sebagai ungkapan cinta dan penghormatan kepada almarhum. Sebelum penutupan peti jenazah, MD-GPdI Banten yang diwakili oleh Pdt. Voudy Mokoagow, M.Th, selaku Sekretaris MD,dan Pdt. Drs. Mody Rumondor, S.Th, Bendahara MD-GPdI Banten menyerahkan santunan sebesar 10 juta rupiah yang telah dikumpulkan melalui Wilayah 1-14 GPdI Banten. Selain itu, Pdt. Ronny Wahyono, MA., M.Th, dari Biro Diakonia/Kesejahteraan MD-GPdI, menyerahkan bantuan asuransi ketenagakerjaan yang sedang dalam proses pencairan, dengan nilai mencapai hampir 50 juta rupiah. Bantuan ini diterima langsung oleh Ibu Gembala, Pdt. Lusi Weol.
Pdt. Dr. Johnny W. Weol, MM., M.Th, adik ipar almarhum, mewakili keluarga menyampaikan ucapan terima kasih kepada MP-GPdI Banten, hamba Tuhan, dan jemaat yang telah hadir dan memberikan dukungan dalam masa duka ini.
Acara ditutup dengan penutupan peti jenazah oleh petugas MD GPdI Banten, yang kemudian menghormati almarhum dengan menaruh Bendera GPdI di atas peti jenazah. Jenazah diberangkatkan ke Pemakaman Kristen Lio Baru, Tangerang.
Sebelumnya, pada Minggu malam, 6 Januari 2025, diadakan Ibadah Penghiburan yang dipimpin oleh Wilayah 10 GPdI Banten. Pdt. Rudi Manawan, Ketua Wilayah 10, menyampaikan firman Tuhan untuk menguatkan keluarga yang ditinggalkan.