Pelukis Sejarah GPdI Menuju Foursguare Dilupakan
JAKARTA, Pantekostapos.com — Ada yang menarik pada Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), ketika memasuki era kepemimpinan Pdt. M.D. Wakkary. Apa yang menarik? Perhatikan, ketika memasuki gedung atau tempat ibadah Gereja-gereja Pantekosta maka di dalam Gereja itu terdapat dua logo, satu logo GPdI dan satu lagi logo Foursquare.
Kenapa bisa begitu? Ceritanya sangat panjang. Awal mulanya ada seorang laki-laki Indonesia yang sudah lama di perantauan, berangkat dari Indonesia 1971 ke Belanda, lalu pergi sekolah di Jerman, kembali lagi ke Belanda dan hijrah bekerja di Amerika. Siapakah orang itu? Raymond Lamandy.
Saat bekerja di Amerika, lelaki asal Toraja ini mulai aktif mengikuti Gereja aliran Pentakosta. Dahulu ia seorang Katolik.
Di Amerika saya diajak oleh teman-teman untuk beribadah ke Gereja aliran baru (waktu itu saya tidak kenal namanya Pentakosta), yaitu yang memahami Roh Kudus. Sejak itulah ia mengenal apa yang namanya aliran Pentakosta.
Bergereja di aliran baru itu, Raymond begitu gembira dan merasakan hadirat Allah. “Saya begitu menikmati beribadah di situ karena penuh dengan kasih sayang dan cinta kasih,”ungkapnya yang waktu itu berusia 35 tahun.
Singkat cerita, terpikirlah olehnya, begitu indah dan gembira hatinya bila Gereja aliran baru itu ada di Indonesia dan keluarga besarnya beribadah di situ. “Waktu itu saya langsung berpikir sangatlah baik bila bangsa Indonesia (bangsa saya) memiliki cara-cara ibadah yang sama dengan Gereja ini,” ceritanya yang kemudian ia mengerti Gereja itu adalah aliran Pentakosta dan namanya Foursquare.
Kecintaanya kepada Tuhan terus bertambah, dan itu memacu semangatnya untuk terus beribadah. Setiap ada waktu lowong dan ada ibadah, ia ingin berada di rumah Tuhan. Satu waktu, ia mendapatkan undangan ada ibadah di konsulat Indonesia yang ada di Los Angeles.
Di ibadah itu, pengkhotbahnya dari Indonesia, Pdt. A.H. Mandey (saat itu menjabat Ketua Umum GPdI), sekarang mantan Ketua Umum.
Penampilan dan pembawaan dari Pdt. A. H. Mandey, yang begitu sederhana dan penuh cinta, membuat Raymond makin menaruh kesan kepada Gereja beraliran Pentakosta. “Saya terkesan dengan penampilannya yang sederhana, membuat makin mendidih keinginan saya agar orang-orang di Indonesia dapat beribadah di aliran Pentakosta,” katanya.
Tidak beberapa lama dari pertemuan (ibadah) itu, ada lagi ibadah di luar kota Los Angeles. Saat itu ia mendapatkan undangan juga. Namanya orang yang lagi haus akan firman Tuhan, Raymond, langsung berangkat untuk ikut beribadah. Di sana, yang melayani firman Tuhan, Pdt. Lefrand Lapian. “Setelah selesai berkhotbah, saya menemui Pdt. Lefrand Lapian dan memperkenalkan diri bahwa saya bergereja di Foursquare. Pdt. Lapian, sangat gembira, ia berkata “Wah, kita (GPdI) berasal dari Foursquare.”
Penjelasan Pdt. Lapian, itu membuat semangatnya makin dikobarkan. “Saya mendapatkan titik terang atau kesimpulan bahwa saya bisa bergereja di GPdI karena memiliki satu doktrin dengan Gereja saya Foursquare,” paparnya.
Mendirikan Gereja
Sekitar tahun 1986-1987, mengalir bersama dengan Tuhan, Raymond dan orang-orang Indonesia yang ada mulai membuat persekutuan rumah tangga, khusus orang Indonesia. Pada saat itu orang Indonesia yang ikut sekitar 150 orang.
Melihat banyak yang hadir, mulai ada tuntutan atau aspirasi meminta supaya Raymond menjadi pendeta di dalam persekutuan itu. Akibat dari aspirasi dan memang sudah waktu Tuhan, pada tahun 1996, Raymond mengikuti pendidikan Sekolah Alkitab di Los Angeles Temple pusat dari Foursquare. Pendetanya di situ waktu itu DR. Harold Helm.
Persekutuan doa mereka itu diberi nama Indonesian Conggrestion. “Kami di Amerika mendengar, banyak terjadi penganiayaan umat Tuhan di Indonesia, khususnya yang beraliran Pentakosta. Informasi itu kami sampaikan kepada Harold Helm. Mendengar itu dia (Harold Helm) sangat simpati dan prihatin. Hampir setiap minggu beliau berdoa untuk Indonesia lewat siaran radio. Bahkan sering beliau menangisi hamba-hamba Tuhan di Indonesia yang mengalami penganiaan. Saya waktu itu, bermimpi, kalau kita memiliki hubungan dengan Gereja Foursquare, sangatlah baik,”ceritanya..
Tuhan begitu baik, sekitar tahun 1998-1999, Raymond membaca di Indonesian Jurnal, majalah Indonesia Kristen yang ada di Amerika. Di majalah itu ada keterangan, ada GPdI di Amerika yang digembalakan oleh Pdt. Albert Awuy. “Saya coba cari alamat GPdI itu. Saya dapat, sejak itu kami menjalin hubungan baik dengan GPdI yang dipimpin oleh Pdt. Albert Awuy di Amerika,”.
Tahun 1999-2000, sudah mulai terbentuk pengurus GPdI di bagian Barat Amerika dan Pdt. Moddy Ratu, terpilih. Pada waktu itu, Raymond diangkat oleh Pdt. Moddy, sebagai salah satu pengurus, sebagai sekretaris.
Tahun 2003, ada Mubes GPdI di Bali. Raymond di Bali bertemu dengan Pdt. A.H. Mandey, Pdt. M.D. Wakkary. “Saat itu Pdt. Mandey, mendekati saya dan mengatakan, broer kalau pulang ke Amerika, hubungi Foursquare, katakan kita ingin berpartner dengan mereka,”. Juga Pdt. M.D. Wakkry, berkata, Saya sudah lama kasih tahu ke ketua (Pdt. A.H. Mandey) baru sekarang beliau respons,” Raymond mengulang cerita yang terjadi di Bali.
Titik Awal GPdI Dikenal Foursquare
Raymond kembali ke Amerika, dan membawa pesan itu. Raymond pergi ke pusat foursquare, diterima oleh cabinet foursquare, di istu juga ada Jerry Stott, yang bertugas sebagai Coordinator South Asia Pacific. “Kalau Indonesia bergabung maka berada di South Asia Pacific. Waktu itu beliau tidak tahu dengan Indonesia, tetapi beliau sangat senang dengan apa yang saya sampaikan yaitu GPdI itu melebar dan meluas dari kota besar sampai ke pulau-pulau kecil dan desa-desa yang berada di pelosok gunung,”.
Januari 2004, Jerry Stott dari Australia, menelpon Raymond, dan bertanya apa yang dapat dilakukannya agar GPdI dan Foursquare memiliki kerjasama atau hubungan. Raymond dengan rendah hati berkata, kunjungi pimpinan GPdI di Indonesia, yaitu Pdt. A.H. Mandey, dan memberikan alamat di Jakarta, Indonesia.
Jerry Stott, berkunjung ke Indonesia. Kunjungannya ke Indonesia, tidak mendapatkan hal yang positif. “Saya tanya, bagaimana kunjunganmu ke Jakarta? Jerry Stott, kayaknya kecewa karena tidak ada sambutan meriah, begitu. Saya katakan, itu bukan dia (Pdt. A.H. Mandey) tidak respons, tetapi itu beliau sedang berpikir tentang omonganmu. Coba lagi kunjungi Indonesia dan bertemu lagi.”
Sebulan kemudian, Jerry Stott, mengunjungi lagi Indonesia dan bertemu dengan Pdt. A.H. Mandey. Saat itu, Jerry Stott, berkunjung ke kantor GPdI dan Jerry Stott, melihat buku doktrin GPdI, dan itu dikarang oleh orang Foursquare. “Sejak itu, Pdt. A.H. Mandey, mulai bicara (sedikit terbuka) dengan Jery Stott. Saya telepon lagi, bagaimana pertemuanmu, jawab Jerry Stott, beliau (Pdt. A.H. Mandey) sudah mulai bicara, tetapi tidak banyak. Saya semangati lagi, kamu (Jerry Stott) harus kembali mengunjungi Indonesia dan saya yakin akan berhasil.”
Jerry Stott, coba kembali ke Indonesia. Kunjungannya ketiga ini mendapatkan sambutan meriah dari kabinetnya (Pengurus Pusat) Pdt. A.H. Mandey. Sejak itu, mulailah ada pertemuan-pertemuan antara GPdI dan Foursquare.
“Satu waktu, Pdt. M.D. Wakkary, mengunjungi Amerika dan saya pertemukan dengan pimpinan foursquare. Sejak itu hubungan GPdI dan foursquare makin baik dan ada pertemuan-pertemuan yang intens”.
Tahun 2005, ada konferesi Foursquare di Amerika (Chicago) dan dihadiri oleh team yang dipimpin Pdt. A.H. Mandey, serta Pdt. M.D. Wakkary. “Di situ ada pengakuan dari foursquare untuk menerima GPdI sebagai partner yang resmi. Saya ada foto-fotonya. Sejak itulah GPdI resmi bersama dengan foursquare.”
Dari kerja keras Raymond, Pdt. Hanny Mandey memberikan jabatan setingkat di Majelis Pusat kepadanya sebagai duta atau penghubung antara GPdI dan Foursquare.
Selain itu, tugasnya di domestic Amerika, yaitu untuk membantu teman-teman hamba Tuhan dari GPdI yang mau menetap di Amerika untuk mendapatkan status legal untuk tinggal. “Nah, saya sampaikan kepada foursquare akan tugas saya dari GPdI ini dan mereka mau membantu menjadi sponsor sampai lisensi pelayanan hamba-hamba Tuhan GPdI di Amerika.”
Pergantian Kepemimpinan di GPdI
Sidang Majelis Pusat di Manado, menghasilkan kepemimpinan baru di GPdI, dari Pdt. A.H. Mandey kepada Pdt. M.D. Wakkary. Pergantian kepemimpinan ini ternyata membuat posisi Raymond “tergantikan” atau seakan ditinggalkan.
Tanpa ada alasan yang jelas dan ketetapan yang berdasarkan surat keputusan, Raymond tidak lagi mengerjakan tugas-tugasnya. “Saya tidak menerima surat pemberhentian, tetapi saya diberikan penghargaan atas semua yang telah saya lakukan untuk GPdI dan foursquare,” ceritanya seraya berkata tugasnya sekarang dikatakan oleh cabinetnya (Pengurus Pusat) pimpinan, Pdt. M.D. Wakkary, bahwa telah dikerjakan oleh Pdt. Laody Saerang.
“Saya tidak tahu dan apa alasannya, sehingga tugas-tugas saya digantikan. Banyak teman-teman saya bertanya kenapa dan mengapa saya diganti. Sebab saya tidak pernah merasa diberhentikan karena tidak pernah dapat surat pemberhantian,” uangkapnya kepada MITRA INDONESIA, saat ia berkunjung ke Indonesia pada bulan Juli 2013.
“Saya mau katakan bahwa hubungan GPdI dan Foursquare itu bukan karya manusia, tetapi itu petunjuk Tuhan. Kalau etika di barat, bila ada kesalahan maka dipanggil dan dijelaskan tentang kesalahan tetapi karena saya tidak punya kesalahan maka saya tidak pernah dipanggil untuk membicarakan kesalahan, juga saya tidak pernah dikatakan diberhentikan atau digantikan,” katanya sambil geleng kepala sebagai bentuk bingung dan berharap ada kejelasan dari Pdt. M.D. Wakkary sebagai ketua Umum GPdI.
“Jabatan saya dahulu itu penghubung resmi antara GPdI dan foursquare. Saya dengar hal ini sudah tidak dibutuhkan lagi dikarenakan di GPdI sudah ada departemen luar negeri yang mengkoordinir penghubung antara GPdI dan foursquare. Saya tidak sakit hati atau marah, sudah biasa bekerja di Gereja diperlakukan dan tidak dihargai malah dipermalukan di depan umum pada pertemuan dengan petinggi-petinggi foursguare dan GPdI di Orlando,” paparnya. (Suratinoyo)